Jumat, 07 Juni 2013

RESENSI MAKRIFAT CINTA


DATA BUKU
Judul Asli        : Makrifat Cinta
Pengarang       : Taufiqurrahman al-‘Azizy
Penerbit           : DIVA Press Jogjakarta
Cetakan           : 2007
Tebal               : 399 halaman
Harga              : Rp 35.000

BIOGRAFI PENULIS

Taufiqurrahman al-‘Azizy, asli orang Indonesia, lahir di Jawa Tengah tanggal 9 Desember 1975. pernah nyantri di pondok pesantren Ilmu al-Qur’an “Hidayatul Qur’an” yang di asuh oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya al-Hafidz, M.A. pernah kuliyah di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jawa Tengah.
Karyanya yang berupa fiksi tidak terlalu banyak dibanding yang non-fiksi. Trilogi “Makrifat Cinta” yang tengah intens digarapnya saat ini telah diluncurkan dua buku, yakni Syahadat Cinta (2006) dan Musafir Cinta (2007). Dan inilah novel pamungkas trilogy tersebut, Makrifat Cinta (2007).
Trilogy ini berakar pada inspirasi pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim a.s. sebagaimana yang diabadikan Qur’an. Hanya saja, telah dieksplor dalam dan konteks kehidupan muslim masa kini, yang lekat dengan nuansa metropolis, hedonis dan cenderung amoralis.
Jika ada ide, saran, kritik, masukan dan sebagainya setelah mambaca trilogy tersebut, atau salah satunnya, layangkan saja call/sms: 081327694333 atau e-mail :ircisod68@yahoo.com atau emanasi_2006@yahoo.com.
Semoga risalah ini memberikan hikmah pada saya dan pembacanya. Amin.



Ulasan Pertanyaan Dalam Buku
Inilah deretan pertanyaan yang dihadapi Iqbal Maulana, ketika ia diminta Kiai Sepuh mengajukan lamaran kepada ayah Priscillia yang bernama Ignatius Dibyo Pratisto. sekalipun telah melalui refleksi batin, permohonan petunjuk (munajat) kepada Allah SWT, saran dan pendapat dari orang tua dan para sahabat dekatnya di Pesantren Tegal Jadin, Iqbal belum berani memutuskan sendiri siapakah yang akan dipilih untuk menjadi pendamping hidupnya : Zaenab, Priscillia atau Khaura?
Dalam buku terakhir Trilogi Nover Spiritual ini, Makrifat Cinta, jubelan tantangan dan rintangan dalam proses pencarian spiritual tertinggi seorang manusia menghujam deras kelubuk hati dan pikiran Iqbal Maulana. Itulah pencarian cinta religius yang bersumber pada Cinta Ilahi. Kepulangannya keTegal Jadin yang sediaanya untuk menjemput para gadis itu, sesuai dengan saran dan permintaan Kiai sepuh, yang semula terbayang sangat mudah sehingga dia bisa segera menikah, ternyata menuai gejolak dan benturan batin yang dahsyat.
Iqbal terbentur pada fakta : Apakah hujjah (nalar) yang sahih digunakan jika memilih ketiga gadis itu ? Apa pula hujjah yang logis dikedepankan jika pilihannya adalah satu diantara tiga gadis itu ? Mungkinkah memilih salah satunnya dengan tanpa memlukai hati yang lainnya? 











SINOPSIS

            Dalam buku “Makrifat Cinta” ini diceritakan bahwa seorang yang bernama Iqbal Maulana, ia seorang yang ayahnya kaya raya dan ia telah menghambur-hamburkan harta ayahnya. Suatu ketika ia mendapatkan hidayah dari Allah SWT, dan ia pergi dari rumah menuju Kauman dimana ia telah bertemu dengan seorang ibu tua yang bernama Bu Jamilah dan dua orang anaknya yang bernama Irsyad dan adiknya perempuan yang cantik dan imut yang bernama Fatimah. “Waktu yang paling indah dalam hidupku adalah ketika hidup bersama keluarga kecil namun berhati besar; miskin harta tapi kaya hati; kekurangan materi tetapi berlimpah Cahaya Ilahi dan selalu Qiyamullail ialah Bu Jamilah, Irsyad dan Fatimah.” Selama ia berada di Kauman Salatiga dia belajar mengaji al-Qur’an dan agama pada Irsyad, bagaimana hidup dengan sepenuh ikhlas dan sabar.
Kata Iqbal : “Selama tiga tahun aku menapaki hidup di atas tanah-tanah Banjarnegara menghirup cinta berawal dari kegelisahan hati. Aku telah menjadi orang musafir, mengeja kehidupan, dan merengguk anggur pengalaman. Ada kegetiran ketika nisbat Tuhan dikulum dalam lidah yang penuh dosa; ada kengerian tatkala separuh jiwa terbang bersama nafsu; ada kehampaan saat cinta harus memilih; dan ada keharuan ketika Yang Ilahi telah dikenal kembali.”
            Sebelum tiga tahun di Banjarnegara ia pergi ke Tegal Jadin untuk mesantren dan mendalami agama disana. “Setelah beberapa bulan saja tinggal di pesantren  aku tidak layak disebut sebagai seorang santri. Apalagi santrinya Kiai Subadar dan Kiai Abdullah Shidiq. Perbedaan telah membawaku menjadi seorang musafir, mendaratkanku di Kota Banjarnegara. Kenalan dengan keluarga Pa Burhan.”
            Selama tiga tahun di Banjarnegara ia telah merubah keluarga Pa Burhan dan bisa menghafalkan al-Qur’an disana, juga kehadirannya sebagai anugrah dalam keluarga Pa Burhan. Ia juga telah mempengaruhi para preman, pengemis untuk cinta pada sang pencipta yaitu Allah dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba.
            “Cinta itu suci sebab itu berasal dari Yang Mahasuci. Cinta adalah anugrah yang diberikan Allah kepada kita. Terhadap anugrah kita harus mensyukurinnya dan memperlakukan dia sepantasnya. Maka tidak pantas seorang muslim bermain-main dengan cinta; mudah membenamkan cinta, atau mudah memutus cinta; mudah  menjalin cinta atau mudah pula meninggalkan kekasih. Aku tertarik pada mereka, maka aku akanmenikahi mereka.”
            “ Ya Allah, jadikan cinta-Mu sebagi cinta yang utama dalam diri mereka, sebagaimana Engkau jadiakn cintaku sebagai bukti akan keberadaan-Mu.” Ali bin Abi Thalib berkata “Cintailah kekasihmu sewajarnya saja (tidak berlebihan) karena mungkin suatu saat dia menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu sewajanya saja karena mungkin saja suatu saat dia menjadi kekasihmu.”
            Suatu ketika ia ingin kembali ke Tegal Jadin untuk memenuhi janji Kiai subadar menikahi tiga gadis (Zaenab, Khaura dan Priscillia) di pondok itu. Tetapi dalam perjalanannya terdapat halangan dan kebingungan yang begitu hebat, sampai-sampai orang tuannya dan sahabat-sahabatnya juga bingung. Apakah cinta ini karena Allah? Haruskah dia menikahi ketiga gadis tersebut sekaligus? ataukah salah satunnya? Apabila salah satu yang ia nikahi yang akan merasa tersakiti atau tidak ? Karena sama-sama cantik, baik, mulia dan beradab. Yang telah memakan waktu yang panjang dalam kebingungan itu. Dan akhirnya ia mengetahui jalan keluarnya hanya untuk menikahi satu gadis atas pilihan Kiai Subadar yang bernama Fatimah Priscillia Zahra, tetapi tidak meyakiti yang lain.











ANALISIS BUKU

A.    Dari Segi Bahasa
Dari segi bahasannya bahwa buku ini (Makrifat Cinta) tidak telalu rumit dan bertele-tele, mudah untuk di pahami dan di mengerti alur ceritannya. Dan juga tidak terdapat kata-kata yang asing yang tidak dapat di mengerti. Menggunakan bahasa yang sangat mendalam dan ungkapan-ungkapan bahasa dari berbagai kutipan yang halus sampai terasa masuk dalam hati.
B.     Sistematika           
Tentang sistematika dalam buku novel ini yaitu berawal dari sebuah jurang kenistaan (alur biasa) terus menemukan sebuah hidayah Ilahi dan jalan kehidupan yang selalu diterangi Cahaya Allah. Kemudian, ingin menuju sebuah tujuan yang ia damba-dambakan di tengah jalan terdapat cobaan berupa kebingungan yang begitu sangat berat (alur ekstrim). Dalam melalui kebingungan itu dia diberi kekuatan iman dan taqwa yang tinggi. Setelah itu barulah ia mendapatkan tujuan yang selama ini ia harapkan,dan jalan yang terbaiknya.
Tokoh utama : Iqbal Maulana
Tokoh kedua : Zaenab, Khaura, dan Priscillia (gadis yang akan dinikahi Iqbal), Bu Jamilah (orang yang telah memberikan api kehidupan dalam hati Iqbal), Irsyad (anak dari Bu Jamilah dan dia mengajarkan membaca al-Qur’an dan agama islam serta hidup sabar dan tabah), dan Fatimah (adik dari Irsyad dan menerima semua itu dengan kesabaran).
Tokoh ketiga : Pa Burhan dan Bu Laela ( Orang yang telah menganggap Iqbal sebagi anak angkatnya).  Firman dan Indri (anak dan menantu dari Pa Burhan dan ia telah di luruskan oleh Iqbal setelah terjun kejurang kenistaan).
Tokoh yang lainnya : Kiai Subadar dan Kiai Abdullah Shidiq (sesepuh Pondok Tegal Jadin), kang Rahmat, Dawam, Rusli, Amin dan Ihsan (santri yang paling tua di Tegal Jadin atau seniornya), ‘Aisyah (anak dari Kiai Abdullah Shidiq, adik angkat Iqbal, calon istri kang Rahmat), Okta, Parno, patmo, Surya dan semua sahabat Ashabul Kahfi (orang-orang pengamen, pengemis dan preman yang diajak oleh Iqbal untuk mencintai Allah SWT).
C.     Layout (tentang buku)
Layout buku novel ini sampul di depannya berupa warna coklat muda yang terdapat gambar seorang perempuan yang bercadar dan seorang laki-laki yang memohon kepada Allah yang menyandarkan kedua jarinnya di depan wajahnya, sedangkan sampul di belakangnya berupa orange. Bukunya tebal yang terdapat 399 halaman, sampulnya tebal dan awet sehingga lama jika rusak. Tulisannya menggunakan tulisan Times New Roman, besarnya 12 cm, dan kertasnya putih HVS.
D.    Manfaatnya atau Kelebihannya
Manfaat dalam buku novel ini sangat banyak sekali di antaranya :
1.      Agar supaya kita gemar membaca buku-buku baik fiksi maupun non-fiksi.
2.      Menambah pengetahuan dan wawasan yang luas.
3.      Mengerti bahwa cinta kepada seseorang itu karena Allah semata dan jangan melebihi selain cinta kepada-Nya.
4.      Jangan mempermainkan cinta, karena cinta adalah anugrah dari Allah.
5.      Jangan pernah menghina atau mengejek kepada orang miskin, karena mungkin disisi Allah ia lebih baik dari kita dan masih banyak lagi manfaatnya.
E.     Kekurangannya
Kekurangan Buku ini ialah :
1.      Terlalu tebal bukunnya sehingga malas untuk dibaca.
2.      Alur ceritannya ada yang di buat dengan hayalan belaka.
3.      Di dalam buku ini ada cerita yang belum di terangkan secara jelas didalamnya, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dan kurang memuaskan bagi pembaca.
4.      Dalam ahir buku novel ini masih kurang yang ceritanya belum sampai final.
KESIMPULAN

1.      Pengarang buku makrifat cinta yaitu Taufiqurrahman al-‘Azizy, asli orang Indonesia, lahir di Jawa Tengah tanggal 9 Desember 1975. pernah nyantri di pondok pesantren Ilmu al-Qur’an “Hidayatul Qur’an” yang di asuh oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya al-Hafidz, M.A. pernah kuliyah di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jawa Tengah.
2.      Dalam buku “Makrifat Cinta” ini diceritakan bahwa seorang yang bernama Iqbal Maulana, ia seorang yang ayahnya kaya raya dan ia telah menghambur-hamburkan harta ayahnya. Suatu ketika ia mendapatkan hidayah dari Allah SWT, dan ia pergi dari rumah menuju Kauman dimana ia telah bertemu dengan seorang ibu tua yang bernama Bu Jamilah dan dua orang anaknya yang bernama Irsyad dan adiknya perempuan yang cantik dan imut yang bernama Fatimah.
3.      Ali bin Abi Thalib berkata “Cintailah kekasihmu sewajarnya saja (tidak berlebihan) karena mungkin suatu saat dia menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu sewajanya saja karena mungkin saja suatu saat dia menjadi kekasihmu.”
4.      Dari segi bahasannya bahwa buku ini (Makrifat Cinta) tidak telalu rumit dan bertele-tele, mudah untuk di pahami dan di mengerti alur ceritannya.
5.      Manfaatnya : Menambah pengetahuan dan wawasan yang luas dan mengerti bahwa cinta kepada seseorang itu karena Allah semata dan jangan melebihi selain cinta kepada-Nya.
6.      Kekurangannya : Terlalu tebal bukunnya sehingga malas untuk dibaca dan di dalam buku ini ada cerita yang belum di terangkan secara jelas didalamnya, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dan kurang memuaskan bagi pembaca.


0 komentar:

Posting Komentar