Rabu, 21 Agustus 2013

Tugas terstruktur Untuk Ujian Semester Genap Mata Kuliah Tehnik Penulisan Karya Ilmiah


MEREKA YANG MERAWAT ANAK (HADHONAH )DAN CUTI REPRODUKSI
(Kajian Takhrij Sanad dan Matan Hadis)
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Ujian Semester Genap
Mata Kuliyah Tehnik Penulisan Karya Ilmiah
Dosen Pengampuh : Indrya Mulyaningsih, M.Pd.











Disusun Oleh :
Majdudin Nurul Huda [Sem 6] Tafsir Hadis
NIM : 14105210019

FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN TAFSIR HADITS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI  (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2013 M
1434 H

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Allah SWT sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema “MEREKA YANG MERAWAT ANAK DAN CUTI REPRODUKSI” yang sederhana ini dapat terselesaikan tidak kurang daripada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklain untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah “Tehnik Penulisan Karya Ilmiah” serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Indrya Mulyaningsih, M.Pd. selaku dosen serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wa’jala hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi IAIN SYEKH NURJATI CIREBON.Amien ya Rabbal ‘alamin.

Arjawinangun, 21 Agustus 2013

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Dalam khazanah keilmuan islam itu banyak sekali problem yang mesti harus kta ketahui dan juga harus kita jawab dari berbagai problem tersebut. Apalagi sDan dalam kajian hadis ini salah satunya yaitu tentang siapakah yang berhak mengasuh atau merawat anak dan tentang  cuti reproduksi bagi perempuan. Dan dalam kaitanya yang akan kami bahas bagaimanakah hukum dan hadis yang erkaitan dengan tema tersebut?
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari merawat anak (hadhonah) dan Manakah hadisnya?
2.      Manakah hadis yang menunjukan tentang cuti reproduksi dan beserta hukumnya?
3.      Bagaimanakah takhrij dari kedua masalah tersebut?
C.      Tujuan Masalah
1.         Untuk mengetahuidefinisi dari merawat anak (hadhonah) hadisnya
2.         Untuk mengetahui hadis yang menunjukan tentang cuti reproduksi beserta hukumnya
3.         Untuk mengetahui takhrij dari kedua masalah tersebut.






BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Merawat Anak (Hadhonah) Dan Hadistnya
Hadlanah berasal dari kata "hidlan" yang mempunyai arti lambung.Hadlanah adalah perkara mengasuh anak dalam arti mendidik dan menjaganya di masa ketika anak-anak itu masih membutuhkan orang pengasuh. Mengasuh seorang anak yang masih kecil itu hukumnya wajib sebab yang mengabaikannya berarti menghadapkan kepada bahaya. Dalam hal ini para ulama sepakat bahwa hadlanah adalah hak ibu. Sebagaimana hadits Nabi Saw. Yang diriwayatkan oleh imam Al-Baihaqi:
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ أَخْبَرَنِى أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُبْدُوسٍ الْعَنَزِىُّ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِىُّ حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ الدِّمَشْقِىُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنِى أَبُو عَمْرٍو الأَوْزَاعِىُّ حَدَّثَنِى عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو : أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِى هَذَا كَانَ بَطْنِى لَهُ وِعَاءً وَثَدْيِى لَهُ سِقَاءً وَحَجْرِى لَهُ حِوَاءً وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِى وَأَرَادَ أَنْ يَنْزِعَهُ مِنِّى فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِى ».
 "Dari Abdullah bin Umar r.a. bahwa seorang perempuan bertanya "ya Rasulullah, sesungguhnya anakku ini adalah perutku yang mengandungnya dan susuku yang menjadi minumnya dan pengkuanku yang memeluknya sedang bapaknya telah menceraikan aku dan ia mengambilnya dariku" lalu Rasulullah Saw., bersabda kepadanya "Engkau yang lebih banyak berhak dengan anak itu selama engkau belum menikah".
            Kenapa Nabi memilih Seorang ibu untuk merawat anak, karena :
Pertama, kerena sebagai seorang ibu ikatan batin dan kasih saying dengan anak cenderung selalu melebihi kasih saying sang ayah.
Kedua, derita keterpisahan seorang ibu itu lebih dengan anaknya akan terasa lebih berat dengan disbanding dengan ayah.
Ketiga, sentuhan tangan keibuan yang lazimnya dimiliki oleh ibu akan lebih menjamin pertumbuhan mentalitas anak secara lebih sehat.
Anak kecil yang sudah mumayyiz dan mengerti dengan dirinya sendiri, ia boleh memilih siapakah yang akan mengasuhnya. Apakah ibunya atau bapaknya. Dan apabila keduanya tidak mampu maka yang lebih utama mengasuhnya adalah bibinya. Seperti hadits di bawah ini:
عن البراء ابن عازب رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قضى فى ابنة حمزة لخالتها وقال: الخالة بمنزلة الأم )رواه البخارى(
"Dari al-Barra' bin Azib r.a. bahwasanya Nabi Saw., telah memutuskan dalam perkara anak perempuan oleh Hamzah (dalam perkara mengasuh) untuk bibinya (adik permpuan bibinya), dan beliau bersabda "Bibi itu yang mengambil tempat ibunya" (HR. Bukhari).
Hadits ini menunjukkan bahwa kerabat ibu lebih didahulukan dari pada kerabat ayah.
            Syarat-syarat Hadlanah
a)      Berakal sehat
b)      Dewasa
c)      Mampu mendidik
d)     Amanah dan berbudi
e)      Islam sebagaimana firman Allah:
ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلا )النساء(141.
"Dan Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang yang beriman" (An-Nisa': 141).[1]
f)       Ibunya belum kawin lagi
g)      Merdeka
            Upah Hadlanah
Seorang ibu tidak berhak atas upah hadlanah selama ia masih menjadi istri dari ayah si anak atau dalam masa iddah karena dalam hal ini ia masih mempunyai hak nafkah. Allah Swt., berfirman:
والوالدات يرضعن أولادهن حولين كاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف )البقرة( 233.
"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara smpurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut" (Al-Baqarah: 233)[2].
            Orang yang Berhak Hadlanah
Drs. H. Ibnu Mas'ud dalam bukunya fiqih menurut mazdhab syafi'I menyebutkan bahwa orang yang paling utama untuk mengasuh anak adalah dengan urutan sebagai berikut:
1)      Ibu yang belum menikah dengan laki-laki lain
2)      Ibu dari ibu, dan seterusnya ke atas
3)      Bapak
4)      Ibu dari Bapak
5)      Saudara yang perempuan
6)      Tante (Bibi)
7)      Anak perempuan
8)      Anak perempuan dari saudara laki-laki
9)      Saudara perempuan dari Bapak[3]
Hak Waris Hadlanah
Hadlanah juga berhak mendapatkan waris sebagaimana firman Allah:
ولكل جعلنا موالي مما ترك الوالدين والأقربون والذين عقدت إيمانهم فأتوهم نصيبهم إن الله على كل شيئ شهيدا )النساء:( 33.
"Tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu, bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-pewaris dan jika ada orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah kepada mereka bagian yang sesungguhnya, Allah menyaksikan segala sesuatu" (QS. An-Nisa': 33).[4]

B.       Hadis Yang Menunjukan Tentang Cuti Reproduksi Dan Beserta Hukumnya?
Reproduksi adalah suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.[5] Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual. Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi seksual adalah reproduksi dengan penggabungan sel kelamin jantan dan betina.[6] Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, bereproduksi secara aseksual. Pembahasan reproduksi dalam ilmu kedokteran cukup luas, pembahasan tersebut antara lain mencakup anatomi fisiologi, proses pembuahan dan perkembangan janin, hormon-hormon yang berkaitan dan lain-lain.[7]
Ketika fungsi reproduksi berjalan, pengaruhnya bagi yang bersangkutan bukan saja terasa pada fisik biologis tapi juga sekaligus pada mental sekaligus maka yang kita sebut sebagai cuti reproduksi itu dapat ditemukan diberbagai tradisi masyarakat. Semacam kemurahan atau dispensasi guna melindungi kaum perempuan dalam memikul beban kodratnya. Atau kondisi kesehatan mereka baik fisik maupun mental.
Cuti reproduksi itu ternyata tidak cuma-cuma konon ada sebuah hadist yang mengatakan dari cuti solat dan puasa bagi perempuan, nilai keberagamaan mereka dikurangi, bahkan sampai seperuh harga.
Penulis belum menemukan hadis yang secara jelas menunjukan tentang cuti reproduksi, tetapi Dibawah ini adalah slah satu hadis yang berkaitan dengan cuti reproduksi :
وقد ورد من حديث أبى سعيد الخدرى وعبد الله بن عمر وأبى هريرة.
أَمَّا حَدِيْثٌ أَبِى سَعِيْدٌ فَلَفْظُهُ قَالَ: " خَرَجَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم فىِ أضحى أو فى فطر إلى المصلى فمر على النساء فقال: يا معشر النساء تصدقن فإنى أريتكن أكثر أهل النار , فقلن: وبم يا رسول الله ؟ قال: تكثرن اللعن , وتكفرن العشير , ما رأيت من ناقصات عقل ودين أذهب للب الرجل الحازم من إحداكن , قلن: ومانقصان ديننا وعقلنا يا رسول الله ؟ قال: أليس شهادة المرأة مثل نصف شهادة الرجل ؟ قلن: بلى , قال: فذلك من نقصان عقلها. أليس إذا حاضت لم تصل ولم تصم ؟ قلن: بلى. قال: فذلك من نقصان دينها "[8]
“Tidak pernah aku lihat orang yang kurang akal dan agamanya tapi bisa menaklukan seorang lelaki yang teguh hatinya selain kaum perempuan seperti kalian mereka bertanya pada rasul tentang kurangnya agama dan akal budi mereka rasulullah berkata: bukankah kalian tahu bahwa kesaksian perempuan itu hanya separuh kesaksian lelaki? “benar”, jawab mereka itulah bukti akal kalian hanya separuh akal lelaki. Bagaimana tentang kurangnya agama kami? Rasul menjawab : bukankah kalian tahu mana kala kalian haid, kalian tidak salat dan puasa! Mereka menjawab ya. Kata rasul: itulah bukti kurangnya agama kalian.[9]
Maka kaitanya dengan cuti reproduksi ini, agama saja telah memperbolehkan hak cuti reroduksi bagi kaum perempuan untuk untuk tidak menjalankan tugas-tugas syari’at mereka ketika menjalani reproduksi, maka tentunya dalam hal lain juga diperbolehkan.
C.      Takhrij Hadis Tentang Merawat Anak Dan Cuti Reproduksi
1)      Takhrij Hadis Tentang Merawat Anak
Hadis Dari Abu Dawud
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ السُّلَمِىُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ أَبِى عَمْرٍو - يَعْنِى الأَوْزَاعِىَّ - حَدَّثَنِى عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِى هَذَا كَانَ بَطْنِى لَهُ وِعَاءً وَثَدْيِى لَهُ سِقَاءً وَحِجْرِى لَهُ حِوَاءً وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِى وَأَرَادَ أَنْ يَنْتَزِعَهُ مِنِّى فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِى »..[10]
                 Hadis Dari  Musnad Ahmad Bin Hanbal
  حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا روح ثنا بن جريج عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن عبد الله بن عمرو ان امرأة أتت النبي صلى الله عليه و سلم فقالت : يا رسول الله ان ابني هذا كان بطني له وعاء وحجري له حواء وثديي له سقاء وزعم أبوه انه ينزعه منى قال أنت أحق به ما لم تنكحي
تعليق شعيب الأرنؤوط : حسن[11]
      Hadis Dari Sunan Kubro Al-Baihaqi
 أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ أَخْبَرَنِى أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُبْدُوسٍ الْعَنَزِىُّ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِىُّ حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ الدِّمَشْقِىُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنِى أَبُو عَمْرٍو الأَوْزَاعِىُّ حَدَّثَنِى عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو : أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِى هَذَا كَانَ بَطْنِى لَهُ وِعَاءً وَثَدْيِى لَهُ سِقَاءً وَحَجْرِى لَهُ حِوَاءً وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِى وَأَرَادَ أَنْ يَنْزِعَهُ مِنِّى فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِى ».[12]

Skema Sanad hadis dari tiga jalur tersebut ialah :

رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم


جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو


أَبِيهِ شعيب بن محمد


عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ


أَبِى عَمْرٍو الأَوْزَاعِىَّ
بن جريج

الوليد بن مسلم
روح
مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ الدِّمَشْقِىُّ
مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ السُّلَمِىُّ
أبي
عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِىُّ
سنن ابو داود
عبد الله
أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُبْدُوسٍ الْعَنَزِىُّ

مسند امام احمد بن حنبل
أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ


سنن  كبرى  البيحقى



Penulis akan menakhrij hadis diatas :
ü      الاسم : محمود بن خالد بن أبى خالد : يزيد السلمى ، أبو على الدمشقى
المولد :  176 هـ
الطبقة :  10 : كبارالآخذين عن تبع الأتباع
الوفاة :  249 هـ
روى له :  د س ق ) أبو داود - النسائي - ابن ماجه (
رتبته عند ابن حجر :  ثقة
رتبته عند الذهبي :  ثبت
ü      الاسم : الوليد بن مسلم القرشى مولاهم أبو العباس الدمشقى ، مولى بنى أمية )و قيل مولى العباس بن محمد بن على بن عبد الله بن عباس (
الطبقة :  8  : من الوسطى من أتباع التابعين
الوفاة :  194 أو 195 هـ
روى له :  خ م د ت س ق  ) البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه (
رتبته عند ابن حجر :  ثقة لكنه كثير التدليس و التسوية
رتبته عند الذهبي :  عالم أهل الشام ، قال ابن المدينى : ما رأيت من الشاميين مثله ، قلت : كان مدلسا ، فيتقى من حديثه ما قال فيه : عن
ü      الاسم : عبد الرحمن بن عمرو بن أبى عمرو : يحمد الشامى الدمشقى ، أبو عمرو الأوزاعى ) إمام أهل الشام فى زمانه فى الحديث و الفقه(
الطبقة :  7  : من كبار أتباع التابعين
الوفاة :  157 هـ بـ بيروت
روى له :  خ م د ت س ق  ) البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه)
رتبته عند ابن حجر :  ثقة جليل ، فقيه
رتبته عند الذهبي :  شيخ الإسلام ، الحافظ الفقيه الزاهد
ü      الاسم : عمرو بن شعيب بن محمد بن عبد الله بن عمرو بن العاص القرشى السهمى ، أبو إبراهيم و يقال أبو عبد الله ، المدنى
الطبقة :  5  : من صغار التابعين
الوفاة :  118 هـ بـ الطائف
روى له :  ر د ت س ق  ( البخاري في جزء القراءة خلف الإمام - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه)
رتبته عند ابن حجر :  صدوق
رتبته عند الذهبي :  قال البخارى : رأيت أحمد و عليا و إسحاق و أبا عبيد و عامة أصحابنا يحتجون به ، و قال أبو داود : ليس بحجة
ü      الاسم : شعيب بن محمد بن عبد الله بن عمرو بن العاص القرشى السهمى الحجازى ( والد عمرو بن شعيب ، و قد ينسب إلى جده )
الطبقة :  3  : من الوسطى من التابعين
روى له :  ر د ت س ق  ( البخاري في جزء القراءة خلف الإمام - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه)
رتبته عند ابن حجر :  صدوق ، ثبت سماعه من جده
رتبته عند الذهبي :  صدوق
ü      الاسم : عبد الله بن عمرو بن أمية الضمرى ، أبو جعفر
الطبقة :  3  : من الوسطى من التابعين
روى له :  س ) النسائي (
رتبته عند ابن حجر :  مقبول
رتبته عند الذهبي :  وثق
            Dengan menyebutkan biorafi para perawi. maka penulis mencari data-data untuk menakhrij hadis tentang hadonah diatas, bahwa sanad hadis tersebut adalah bersambung  tak ada yang terputus antara murid dan gurunya, sampai pada Nabi SAW, yang juga tiga perawi setelah Nabi itu sama/atau satu jalur dari para perawi, maka bisa disebut dengan hadis mutawatir, karena memang disampaikan pada orang yang banayak yang tidak mungkin akan berdusta. Sedangkan tentang matan yang dipakai itu sama persis dari perawi-perawi yang lain. Maka bisa dikatakan hadis tersebut merupakan hadis yang sahih.

2)      Takhrij Hadis Tentang Cuti Reproduksi
Hadis Dari Imam Bukhori
في كتاب «الحيض» باب «ترك الحائض الصوم» ("1/ 405 رقم 304 من طريق سعيد بن أبي مريم قال: أخبرنا محمد بن جعفر، قال: أخبرني زيد بن أسلم، عن عياض بن عبد الله، عن أبي سعيد الخدري قال: خرج رسول الله صلّى الله عليه وسلّم في أضحى أو في فطر إلى المصلى فمرّ على النساء، فقال: «يا معشر النساء تصدَّقن، فإني رأيتكن أكثر أهل النار» ، فقلن: وبم يا رسول الله؟ قال: «تكثرن اللعن، وتكفرن العشير، ما رأيت من ناقصات عقل ودين أذهب للبِّ الرجل الحازم من إحداكن» ، قلن: وما نقصان ديننا وعقلنا يا رسول الله؟ قال: «أليس شهادة المرأة مثل نصف شهادة الرجل؟» ، قلن: بلى، قال: «فذلك من نقصان عقلها، أليس إذا حاضت لم تصل ولم تصم؟» قلن: بلى، قال: «فذلك من نقصان دينها».[13]

Runtutan sanadnya yaitu :

رسول الله صلّى الله عليه وسلّم


أبي سعيد الخدري


عياض بن عبد الله


محمد بن جعفر


سعيد بن أبي مريم


إمامالبخارى


Penulis akan menakhrij hadis diatas :
ü     الاسم : سعد بن مالك بن سنان بن عبيد بن ثعلبة بن عبيد بن الأبجر و هو خدرة بن عوف بن الحارث بن الخزرج الأنصارى ، أبو سعيد الخدرى
الطبقة :  1 : صحابى
الوفاة :  63 أو 64 أو 65 هـ و قيل 74 هـ بـ المدينة
روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه )
رتبته عند ابن حجر :  صحابى
رتبته عند الذهبي :  صحابى ( قال : من أصحاب الشجرة ، فقيه نبيل )
ü     الاسم : عياض بن عبد الله بن سعد بن أبى سرح القرشى العامرى المكى
المولد :  بـ مكة
الطبقة :  3  : من الوسطى من التابعين
الوفاة :  100 هـ تقريبا بـ مكة
روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه )
رتبته عند ابن حجر :  ثقة
رتبته عند الذهبي :  لم يذكرها
ü     الاسم : زيد بن أسلم القرشى العدوى ، أبو أسامة ، و يقال أبو عبد الله ، المدنى الفقيه ، مولى عمر بن الخطاب
لطبقة :  3  : من الوسطى من التابعين
الوفاة :  136 هـ
روى له :  خ م د ت س ق (البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه )
رتبته عند ابن حجر :  ثقة عالم ، و كان يرسل
رتبته عند الذهبي :  الفقيه
ü     الاسم : محمد بن جعفر بن أبى كثير الأنصارى الزرقى مولاهم المدنى ( أخو إسماعيل و كثير و يحيى و يعقوب ، و هو الأكبر)
الطبقة :  7  : من كبار أتباع التابعين
روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه)
رتبته عند ابن حجر :  ثقة
رتبته عند الذهبي :  ثقة
ü     الاسم : سعيد بن الحكم بن محمد بن سالم ، المعروف بابن أبى مريم ، الجمحى ، أبو محمد المصرى ، مولى أبى الصبيغ ، مولى بنى جمح
المولد :  144 هـ
الطبقة :  10 : كبارالآخذين عن تبع الأتباع
الوفاة :  224 هـ
روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه)
رتبته عند ابن حجر :  ثقة ثبت فقيه
رتبته عند الذهبي :  الحافظ ، قال أبو حاتم : ثقة
            Dengan penelitian diatas maka penulis mencoba menyimpulkan kualitas hadis tersebut. Penulis mencari dalam hadis muslim dan yang lainnya  selain Sohih Bukhori, tak menemukan hadis yang meriwayatkan tentang hadis diatas meski ada penunjuk dari Makatabah Syamilah hadis dan nomor hadisnya. Maka hadis tentang cuti reproduksi tersebut dianggap sebagai hadis marfu’ yang bersandar pada Nabi SAW. Juga dianggap sebagai hadis yang shohih karena sanad hadis dari para perawi tersebut bersambung dan juga syarat-syarat hadis shahih yang lainnya.[14]



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1)   Bahwa hadhonah atau merawat anak itu hak bagi seorang ibu selagi belum menikah lagi dengan seorang lelaki yang lain dengan merujuk pada hadis diatas. Disini bukan semata-mata  hanya perempuan saja, tetapi ini yang lebih dominan yang patut untuk merawat anak adalah seorang perempuan karena memang sangat dekat dan juga kekuatan batin serta kehalusan seorang ibu itu sangat berpengaruh pada anak tersebut. Bagi para perawat anak juga harus mempunyai syarat-syarat tertentu seperti yang telah diatas.
2)   Reproduksi merupakan suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan. Reproduksi ternagi menjadi dua ada yang seksual dan juga aseksual. Reproduksi aseksual yaitu reproduksi yang membutuhkan bantuan orang lain, sedangakan seksual aitu tidak membutuhkan bantuan orang lain. Kaitanya cuti reproduksi ini, Agama memberikan keringanan bagi perempuan untuk tidak melaksanakan kewajibannya seperti shalat, puasa dan yang lainnya. Dan juga tidak boleh digauli oleh suaminnya ketika cuti reproduksi itu berjalan.
B.  Saran
Untuk temen-temen pembaca penulis minta saran dan kritikan atas makalah ini, agar bisa mengoreksi dan kekurangan penulis demi bisa memperbaiki kedepanya.

 DAFTAR PUSTAKA

         Mas’udi, Masdar F. Islam Dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan. Bandung : Mizan 1997
         Dikutip dari artikel internet http://www.wikipedia.com, diakses hari sabtu tanggal 10 Nopember 2012 puul 08:40 WIB
         Kamus Saku Kedokteran Dorland, (Cet.I; EGC: Jakarta: 1998),
         http://pandidikan.blogspot.com/2010/04/definisi-dari-hadlanah.html diakses hari sabtu tanggal 10 nopember 2012 puul 08:34 WIB
         Maktabah Syamilah. Sunan Baihaqi.
         Hadis 2000, Kutubut Tis’ah



[1] Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Wakaf dari Pelayan Dua Tanah Suci Raja Su’ud.hlm.146
[2] Ibid,hlm.57

[3] http://pandidikan.blogspot.com/2010/04/definisi-dari-hadlanah.html. diakses hari sabtu tanggal 10-11-212 pukul 08:34 WIB

[4] Ibid,hlm.122

[5] Dikutip dari Artikel Internet http://www.wikipedia.com, diakses hari sabtu tanggal 10-11-212 pukul 08:34 WIB

[6] Kamus Saku Kedokteran Dorland, (Cet. I. EGG : Jakarta :1998) hlm.939
[7] http://5il4o8.wordpress.com/2009/01/23/reproduksi-seksual-aseksual/ diakses hari sabtu tanggal 24-11-212 pukul 11:15 WIB
[8] Maktabah Syamilah.
[9] Masdar F. Mas’udi, Islam Dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan. ( Bandung : Mizan, 1997 ) hlm.157
[10] Maktabah Syamilah. Sinan Imam Abu Dawud
[11] Maktabah Syamilah. Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal
[12] Maktabah Syamilah. Sunan Kubro Imam Al-Baihaqi
[13] Maktabah Syamilah. Shohih Imam bukhori
[14] Syarat hadis sohih: 1)  sanadnya bersambung. 2) Perawinya bersifat adil. 3) bersifat dobit (kuat hafalanya). 4) hadisnya tidak mengandung cacat. Dan 5) tidak ditemukan kejanggalan didalam hadisnya.