MEREKA
YANG MERAWAT ANAK (HADHONAH )DAN CUTI REPRODUKSI
(Kajian Takhrij Sanad dan Matan Hadis)
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Ujian Semester Genap
Mata Kuliyah Tehnik Penulisan Karya Ilmiah
Dosen Pengampuh : Indrya Mulyaningsih, M.Pd.
Disusun
Oleh :
Majdudin
Nurul Huda [Sem 6] Tafsir Hadis
NIM : 14105210019
FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN TAFSIR HADITS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2013 M
1434 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis telah panjatkan
atas kehadirat Allah SWT sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan
beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah
serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema “MEREKA
YANG MERAWAT ANAK DAN CUTI REPRODUKSI” yang sederhana ini dapat
terselesaikan tidak kurang daripada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini
tidaklain untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah “Tehnik
Penulisan Karya Ilmiah” serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab
penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Indrya Mulyaningsih, M.Pd. selaku dosen serta semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan
dimana penulis pun sadar bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah
Azza Wa’jala hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata
sempurna. Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak
sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang
dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi
seluruh mahasiswa-mahasiswi IAIN SYEKH NURJATI CIREBON.Amien ya Rabbal ‘alamin.
Arjawinangun, 21 Agustus 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam khazanah keilmuan islam itu
banyak sekali problem yang mesti harus kta ketahui dan juga harus kita jawab
dari berbagai problem tersebut. Apalagi sDan dalam kajian hadis ini salah
satunya yaitu tentang siapakah yang berhak mengasuh atau merawat anak dan
tentang cuti reproduksi bagi perempuan.
Dan dalam kaitanya yang akan kami bahas bagaimanakah hukum dan hadis yang
erkaitan dengan tema tersebut?
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi dari merawat anak (hadhonah) dan
Manakah hadisnya?
2.
Manakah hadis yang menunjukan tentang cuti
reproduksi dan beserta hukumnya?
3.
Bagaimanakah takhrij dari kedua masalah
tersebut?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahuidefinisi dari merawat anak
(hadhonah) hadisnya
2.
Untuk mengetahui hadis yang menunjukan tentang
cuti reproduksi beserta hukumnya
3.
Untuk mengetahui takhrij dari kedua masalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Merawat Anak (Hadhonah) Dan Hadistnya
Hadlanah berasal dari kata "hidlan"
yang mempunyai arti lambung.Hadlanah adalah perkara mengasuh anak dalam arti
mendidik dan menjaganya di masa ketika anak-anak itu masih membutuhkan orang
pengasuh. Mengasuh seorang anak yang masih kecil itu hukumnya wajib sebab yang
mengabaikannya berarti menghadapkan kepada bahaya. Dalam hal ini para ulama
sepakat bahwa hadlanah adalah hak ibu. Sebagaimana hadits Nabi Saw. Yang
diriwayatkan oleh imam Al-Baihaqi:
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ أَخْبَرَنِى أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُبْدُوسٍ الْعَنَزِىُّ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِىُّ حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ الدِّمَشْقِىُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنِى أَبُو عَمْرٍو الأَوْزَاعِىُّ حَدَّثَنِى عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو : أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِى هَذَا كَانَ بَطْنِى لَهُ وِعَاءً وَثَدْيِى لَهُ سِقَاءً وَحَجْرِى لَهُ حِوَاءً وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِى وَأَرَادَ أَنْ يَنْزِعَهُ مِنِّى فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِى ».
"Dari Abdullah bin Umar r.a. bahwa
seorang perempuan bertanya "ya Rasulullah, sesungguhnya anakku ini adalah
perutku yang mengandungnya dan susuku yang menjadi minumnya dan pengkuanku yang
memeluknya sedang bapaknya telah menceraikan aku dan ia mengambilnya
dariku" lalu Rasulullah Saw., bersabda kepadanya "Engkau yang lebih
banyak berhak dengan anak itu selama engkau belum menikah".
Kenapa
Nabi memilih Seorang ibu untuk merawat anak, karena :
Pertama,
kerena sebagai seorang ibu ikatan batin dan kasih saying dengan anak cenderung
selalu melebihi kasih saying sang ayah.
Kedua,
derita keterpisahan seorang ibu itu lebih dengan anaknya akan terasa lebih
berat dengan disbanding dengan ayah.
Ketiga,
sentuhan tangan keibuan yang lazimnya dimiliki oleh ibu akan lebih menjamin
pertumbuhan mentalitas anak secara lebih sehat.
Anak kecil yang sudah mumayyiz dan mengerti
dengan dirinya sendiri, ia boleh memilih siapakah yang akan mengasuhnya. Apakah
ibunya atau bapaknya. Dan apabila keduanya tidak mampu maka yang lebih utama
mengasuhnya adalah bibinya. Seperti hadits di bawah ini:
عن البراء ابن
عازب رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قضى فى ابنة حمزة لخالتها وقال: الخالة بمنزلة
الأم )رواه البخارى(
"Dari
al-Barra' bin Azib r.a. bahwasanya Nabi Saw., telah memutuskan dalam perkara
anak perempuan oleh Hamzah (dalam perkara mengasuh) untuk bibinya (adik
permpuan bibinya), dan beliau bersabda "Bibi itu yang mengambil tempat
ibunya" (HR. Bukhari).
Hadits ini menunjukkan bahwa kerabat ibu lebih
didahulukan dari pada kerabat ayah.
Syarat-syarat
Hadlanah
a) Berakal
sehat
b) Dewasa
c) Mampu
mendidik
d) Amanah
dan berbudi
e) Islam
sebagaimana firman Allah:
ولن يجعل الله
للكافرين على المؤمنين سبيلا )النساء(141.
"Dan
Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang
yang beriman" (An-Nisa': 141).[1]
f) Ibunya
belum kawin lagi
g) Merdeka
Upah
Hadlanah
Seorang ibu tidak berhak atas upah hadlanah
selama ia masih menjadi istri dari ayah si anak atau dalam masa iddah karena
dalam hal ini ia masih mempunyai hak nafkah. Allah Swt., berfirman:
والوالدات يرضعن
أولادهن حولين كاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن
بالمعروف )البقرة( 233.
"Dan
ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyusui secara smpurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian
mereka dengan cara yang patut" (Al-Baqarah: 233)[2].
Orang
yang Berhak Hadlanah
Drs. H. Ibnu Mas'ud dalam bukunya fiqih menurut
mazdhab syafi'I menyebutkan bahwa orang yang paling utama untuk mengasuh anak
adalah dengan urutan sebagai berikut:
1) Ibu
yang belum menikah dengan laki-laki lain
2) Ibu
dari ibu, dan seterusnya ke atas
3) Bapak
4) Ibu
dari Bapak
5) Saudara
yang perempuan
6) Tante
(Bibi)
7) Anak
perempuan
8) Anak
perempuan dari saudara laki-laki
9) Saudara
perempuan dari Bapak[3]
Hak Waris Hadlanah
Hadlanah juga berhak mendapatkan waris
sebagaimana firman Allah:
ولكل جعلنا
موالي مما ترك الوالدين والأقربون والذين عقدت إيمانهم فأتوهم نصيبهم إن الله على
كل شيئ شهيدا )النساء:( 33.
"Tiap-tiap
harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu, bapak dan karib kerabat,
kami jadikan pewaris-pewaris dan jika ada orang-orang yang kamu telah bersumpah
setia dengan mereka, maka berilah kepada mereka bagian yang sesungguhnya, Allah
menyaksikan segala sesuatu" (QS. An-Nisa': 33).[4]
B.
Hadis
Yang Menunjukan Tentang Cuti Reproduksi Dan Beserta Hukumnya?
Reproduksi adalah suatu proses biologis di mana
individu organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan
diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada
sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi
secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.[5] Dalam reproduksi aseksual,
suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari
spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh
dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi
kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk
melakukan reproduksi aseksual. Reproduksi seksual membutuhkan
keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi
seksual adalah reproduksi dengan penggabungan sel kelamin jantan dan betina.[6] Reproduksi manusia normal adalah
contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks
melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana,
biasanya satu sel, bereproduksi secara aseksual. Pembahasan
reproduksi dalam ilmu kedokteran cukup luas, pembahasan tersebut antara lain
mencakup anatomi fisiologi, proses pembuahan dan perkembangan janin,
hormon-hormon yang berkaitan dan lain-lain.[7]
Ketika fungsi reproduksi berjalan, pengaruhnya bagi
yang bersangkutan bukan saja terasa pada fisik biologis tapi juga sekaligus
pada mental sekaligus maka yang kita sebut sebagai cuti reproduksi itu dapat
ditemukan diberbagai tradisi masyarakat. Semacam kemurahan atau dispensasi guna
melindungi kaum perempuan dalam memikul beban kodratnya. Atau kondisi kesehatan
mereka baik fisik maupun mental.
Cuti reproduksi itu ternyata tidak cuma-cuma konon
ada sebuah hadist yang mengatakan dari cuti solat dan puasa bagi perempuan,
nilai keberagamaan mereka dikurangi, bahkan sampai seperuh harga.
Penulis belum menemukan hadis yang secara jelas
menunjukan tentang cuti reproduksi, tetapi Dibawah ini adalah slah satu hadis
yang berkaitan dengan cuti reproduksi :
وقد
ورد من حديث أبى سعيد الخدرى وعبد الله بن عمر وأبى هريرة.
أَمَّا حَدِيْثٌ أَبِى سَعِيْدٌ فَلَفْظُهُ قَالَ: " خَرَجَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم فىِ أضحى أو فى فطر إلى المصلى فمر على النساء فقال: يا معشر النساء تصدقن فإنى أريتكن أكثر أهل النار , فقلن: وبم يا رسول الله ؟ قال: تكثرن اللعن , وتكفرن العشير , ما رأيت من ناقصات عقل ودين أذهب للب الرجل الحازم من إحداكن , قلن: ومانقصان ديننا وعقلنا يا رسول الله ؟ قال: أليس شهادة المرأة مثل نصف شهادة الرجل ؟ قلن: بلى , قال: فذلك من نقصان عقلها. أليس إذا حاضت لم تصل ولم تصم ؟ قلن: بلى. قال: فذلك من نقصان دينها "[8]
“Tidak
pernah aku lihat orang yang kurang akal dan agamanya tapi bisa menaklukan
seorang lelaki yang teguh hatinya selain kaum perempuan seperti kalian mereka
bertanya pada rasul tentang kurangnya agama dan akal budi mereka rasulullah
berkata: bukankah kalian tahu bahwa kesaksian perempuan itu hanya separuh
kesaksian lelaki? “benar”, jawab mereka itulah bukti akal kalian hanya separuh
akal lelaki. Bagaimana tentang kurangnya agama kami? Rasul menjawab : bukankah
kalian tahu mana kala kalian haid, kalian tidak salat dan puasa! Mereka
menjawab ya. Kata rasul: itulah bukti kurangnya agama kalian.[9]
Maka kaitanya dengan cuti reproduksi ini, agama
saja telah memperbolehkan hak cuti reroduksi bagi kaum perempuan untuk untuk
tidak menjalankan tugas-tugas syari’at mereka ketika menjalani reproduksi, maka
tentunya dalam hal lain juga diperbolehkan.
C. Takhrij
Hadis Tentang Merawat Anak Dan Cuti Reproduksi
1) Takhrij
Hadis Tentang Merawat Anak
Hadis
Dari Abu Dawud
حَدَّثَنَا
مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ السُّلَمِىُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ أَبِى عَمْرٍو - يَعْنِى الأَوْزَاعِىَّ - حَدَّثَنِى عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِى هَذَا كَانَ بَطْنِى لَهُ وِعَاءً وَثَدْيِى لَهُ سِقَاءً وَحِجْرِى لَهُ حِوَاءً وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِى وَأَرَادَ أَنْ يَنْتَزِعَهُ مِنِّى فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِى
»..[10]
Hadis Dari Musnad Ahmad Bin Hanbal
حدثنا
عبد الله حدثني أبي ثنا روح ثنا بن جريج عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن عبد الله بن عمرو ان امرأة أتت النبي صلى الله عليه و سلم فقالت : يا رسول الله ان ابني هذا كان بطني له وعاء وحجري له حواء وثديي له سقاء وزعم أبوه انه ينزعه منى قال أنت أحق به ما لم تنكحي
Hadis
Dari Sunan
Kubro Al-Baihaqi
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ أَخْبَرَنِى أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُبْدُوسٍ الْعَنَزِىُّ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِىُّ حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ الدِّمَشْقِىُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنِى أَبُو عَمْرٍو الأَوْزَاعِىُّ حَدَّثَنِى عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو : أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِى هَذَا كَانَ بَطْنِى لَهُ وِعَاءً وَثَدْيِى لَهُ سِقَاءً وَحَجْرِى لَهُ حِوَاءً وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِى وَأَرَادَ أَنْ يَنْزِعَهُ مِنِّى فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِى ».[12]
Skema Sanad hadis dari tiga jalur
tersebut ialah :
|
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم
|
|
|
جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
|
|
|
أَبِيهِ شعيب بن محمد
|
|
|
عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ
|
|
|
أَبِى عَمْرٍو
الأَوْزَاعِىَّ
|
بن جريج
|
|
الوليد بن مسلم
|
روح
|
مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ الدِّمَشْقِىُّ
|
مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ السُّلَمِىُّ
|
أبي
|
عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِىُّ
|
سنن ابو داود
|
عبد الله
|
أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُبْدُوسٍ الْعَنَزِىُّ
|
|
مسند امام احمد بن حنبل
|
أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ
|
|
|
سنن كبرى البيحقى
|
|
|
Penulis akan
menakhrij hadis diatas :
ü الاسم
: محمود بن خالد بن أبى خالد
: يزيد السلمى ،
أبو على الدمشقى
المولد
: 176 هـ
الطبقة
: 10 : كبارالآخذين
عن تبع الأتباع
الوفاة
: 249 هـ
روى
له
: د
س ق ) أبو داود
- النسائي
- ابن ماجه (
رتبته
عند ابن حجر
: ثقة
رتبته
عند الذهبي
: ثبت
ü الاسم
: الوليد بن مسلم القرشى مولاهم أبو العباس الدمشقى ،
مولى بنى أمية )و قيل مولى العباس بن محمد بن على بن عبد الله بن عباس (
الطبقة
: 8
: من الوسطى من أتباع التابعين
الوفاة
: 194 أو
195 هـ
روى
له
: خ
م د ت س ق ) البخاري
- مسلم
- أبو داود
- الترمذي
- النسائي
- ابن ماجه
(
رتبته
عند ابن حجر
: ثقة
لكنه كثير التدليس و التسوية
رتبته عند الذهبي
: عالم
أهل الشام ،
قال ابن المدينى
: ما رأيت من الشاميين مثله ،
قلت
: كان مدلسا ،
فيتقى من حديثه ما قال فيه
: عن
ü الاسم
: عبد الرحمن بن عمرو بن أبى عمرو
: يحمد الشامى الدمشقى ،
أبو عمرو الأوزاعى ) إمام أهل الشام فى زمانه فى الحديث و الفقه(
الطبقة
: 7
: من كبار أتباع التابعين
الوفاة
: 157 هـ
بـ بيروت
روى
له
: خ
م د ت س ق ) البخاري
- مسلم
- أبو داود
- الترمذي
- النسائي
- ابن ماجه)
رتبته
عند ابن حجر
: ثقة
جليل ،
فقيه
رتبته
عند الذهبي
: شيخ
الإسلام ،
الحافظ الفقيه الزاهد
ü الاسم
: عمرو بن شعيب بن محمد بن عبد الله بن عمرو بن العاص القرشى السهمى ،
أبو إبراهيم و يقال أبو عبد الله ،
المدنى
الطبقة
: 5
: من صغار التابعين
الوفاة
: 118 هـ
بـ الطائف
روى له
: ر
د ت س ق ( البخاري في جزء القراءة خلف الإمام
- أبو داود
- الترمذي
- النسائي
- ابن ماجه)
رتبته
عند ابن حجر
: صدوق
رتبته عند الذهبي
: قال
البخارى
: رأيت أحمد و عليا و إسحاق و أبا عبيد و عامة أصحابنا يحتجون به ،
و قال أبو داود
: ليس بحجة
ü الاسم
: شعيب بن محمد بن عبد الله بن عمرو بن العاص القرشى السهمى الحجازى (
والد عمرو بن شعيب ،
و قد ينسب إلى جده )
الطبقة
: 3
: من الوسطى من التابعين
روى له
: ر
د ت س ق ( البخاري في جزء القراءة خلف الإمام
- أبو داود
- الترمذي
- النسائي
- ابن ماجه)
رتبته
عند ابن حجر
: صدوق
،
ثبت سماعه من جده
رتبته
عند الذهبي
: صدوق
ü الاسم
: عبد الله بن عمرو بن أمية الضمرى ،
أبو جعفر
الطبقة
: 3
: من الوسطى من التابعين
روى
له
: س
) النسائي (
رتبته
عند ابن حجر
: مقبول
رتبته
عند الذهبي
: وثق
Dengan
menyebutkan biorafi para perawi. maka penulis mencari data-data untuk menakhrij
hadis tentang hadonah diatas, bahwa sanad hadis tersebut adalah
bersambung tak ada yang terputus antara
murid dan gurunya, sampai pada Nabi SAW, yang juga tiga perawi setelah Nabi itu
sama/atau satu jalur dari para perawi, maka bisa disebut dengan hadis
mutawatir, karena memang disampaikan pada orang yang banayak yang tidak mungkin
akan berdusta. Sedangkan tentang matan yang dipakai itu sama
persis dari perawi-perawi yang lain. Maka bisa dikatakan hadis tersebut merupakan
hadis yang sahih.
2) Takhrij
Hadis Tentang Cuti Reproduksi
Hadis Dari Imam Bukhori
في
كتاب «الحيض» باب «ترك الحائض الصوم» ("1/ 405 رقم 304 من طريق سعيد بن أبي مريم قال: أخبرنا محمد بن جعفر، قال: أخبرني زيد بن أسلم، عن عياض بن عبد الله، عن أبي سعيد الخدري قال: خرج رسول الله صلّى الله عليه وسلّم في أضحى أو في فطر إلى المصلى فمرّ على النساء، فقال: «يا معشر النساء تصدَّقن، فإني رأيتكن أكثر أهل النار» ، فقلن: وبم يا رسول الله؟ قال: «تكثرن اللعن، وتكفرن العشير، ما رأيت من ناقصات عقل ودين أذهب للبِّ الرجل الحازم من إحداكن» ، قلن: وما نقصان ديننا وعقلنا يا رسول الله؟ قال: «أليس شهادة المرأة مثل نصف شهادة الرجل؟» ، قلن: بلى، قال: «فذلك من نقصان عقلها، أليس إذا حاضت لم تصل ولم تصم؟» قلن: بلى، قال: «فذلك من نقصان دينها».[13]
Runtutan sanadnya yaitu :
|
رسول الله صلّى الله عليه وسلّم
|
|
|
أبي سعيد الخدري
|
|
|
عياض بن عبد الله
|
|
|
محمد بن جعفر
|
|
|
سعيد بن أبي مريم
|
|
|
إمامالبخارى
|
|
Penulis akan
menakhrij hadis diatas :
ü الاسم : سعد بن مالك بن سنان بن عبيد بن ثعلبة بن عبيد بن الأبجر و هو خدرة بن عوف بن الحارث بن الخزرج الأنصارى ، أبو سعيد الخدرى
الطبقة : 1 : صحابى
الوفاة : 63 أو
64 أو 65 هـ و قيل
74 هـ بـ المدينة
روى له
: خ م د ت س ق ( البخاري
- مسلم - أبو داود
- الترمذي - النسائي - ابن ماجه )
رتبته عند ابن حجر
: صحابى
رتبته عند الذهبي
: صحابى ( قال
: من أصحاب الشجرة ، فقيه نبيل )
ü الاسم : عياض بن عبد الله بن سعد بن أبى سرح القرشى العامرى المكى
المولد : بـ
مكة
الطبقة : 3 : من الوسطى من التابعين
الوفاة : 100 هـ
تقريبا بـ مكة
روى له
: خ م د ت س ق ( البخاري
- مسلم - أبو داود
- الترمذي - النسائي - ابن ماجه )
رتبته عند ابن حجر
: ثقة
رتبته عند الذهبي
: لم يذكرها
ü الاسم : زيد بن أسلم القرشى العدوى ، أبو أسامة ، و يقال أبو عبد الله ، المدنى الفقيه ، مولى عمر بن الخطاب
لطبقة : 3 : من الوسطى من التابعين
الوفاة : 136 هـ
روى له
: خ م د ت س ق (البخاري - مسلم - أبو داود
- الترمذي - النسائي - ابن ماجه )
رتبته عند ابن حجر
: ثقة عالم ، و كان يرسل
رتبته عند الذهبي
: الفقيه
ü الاسم : محمد بن جعفر بن أبى كثير الأنصارى الزرقى مولاهم المدنى ( أخو إسماعيل و كثير و يحيى و يعقوب ، و هو الأكبر)
الطبقة : 7 : من كبار أتباع التابعين
روى له
: خ م د ت س ق ( البخاري
- مسلم - أبو داود
- الترمذي - النسائي - ابن ماجه)
رتبته عند ابن حجر
: ثقة
رتبته عند الذهبي
: ثقة
ü الاسم : سعيد بن الحكم بن محمد بن سالم ، المعروف بابن أبى مريم ، الجمحى ، أبو محمد المصرى ، مولى أبى الصبيغ ، مولى بنى جمح
المولد : 144 هـ
الطبقة : 10 : كبارالآخذين عن تبع الأتباع
الوفاة : 224 هـ
روى له
: خ م د ت س ق ( البخاري
- مسلم - أبو داود
- الترمذي - النسائي - ابن ماجه)
رتبته عند ابن حجر
: ثقة ثبت فقيه
رتبته عند الذهبي : الحافظ ، قال أبو حاتم : ثقة
Dengan
penelitian diatas maka penulis mencoba menyimpulkan kualitas hadis tersebut. Penulis
mencari dalam hadis muslim dan yang lainnya selain Sohih Bukhori, tak menemukan hadis yang
meriwayatkan tentang hadis diatas meski ada penunjuk dari Makatabah Syamilah hadis
dan nomor hadisnya. Maka hadis tentang cuti reproduksi tersebut dianggap
sebagai hadis marfu’ yang bersandar pada Nabi SAW. Juga dianggap sebagai hadis
yang shohih karena sanad hadis dari para perawi tersebut bersambung dan juga syarat-syarat
hadis shahih yang lainnya.[14]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Bahwa
hadhonah atau merawat anak itu hak bagi seorang ibu selagi belum menikah lagi dengan
seorang lelaki yang lain dengan merujuk pada hadis diatas. Disini bukan semata-mata
hanya perempuan saja, tetapi ini yang
lebih dominan yang patut untuk merawat anak adalah seorang perempuan karena
memang sangat dekat dan juga kekuatan batin serta kehalusan seorang ibu itu
sangat berpengaruh pada anak tersebut. Bagi para perawat anak juga harus
mempunyai syarat-syarat tertentu seperti yang telah diatas.
2) Reproduksi
merupakan suatu proses biologis di mana individu
organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri
yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan. Reproduksi ternagi menjadi dua ada
yang seksual dan juga aseksual. Reproduksi aseksual yaitu reproduksi yang
membutuhkan bantuan orang lain, sedangakan seksual aitu tidak membutuhkan
bantuan orang lain. Kaitanya cuti reproduksi ini, Agama memberikan keringanan
bagi perempuan untuk tidak melaksanakan kewajibannya seperti shalat, puasa dan
yang lainnya. Dan juga tidak boleh digauli oleh suaminnya ketika cuti
reproduksi itu berjalan.
B.
Saran
Untuk temen-temen pembaca penulis minta saran
dan kritikan atas makalah ini, agar bisa mengoreksi dan kekurangan penulis demi
bisa memperbaiki kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA
•
Mas’udi, Masdar F. Islam Dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan. Bandung : Mizan 1997
•
Dikutip dari artikel internet http://www.wikipedia.com,
diakses hari sabtu tanggal 10 Nopember 2012 puul 08:40 WIB
•
Kamus Saku Kedokteran Dorland, (Cet.I; EGC:
Jakarta: 1998),
•
http://pandidikan.blogspot.com/2010/04/definisi-dari-hadlanah.html
diakses hari sabtu tanggal 10 nopember 2012 puul 08:34 WIB
•
Maktabah Syamilah. Sunan Baihaqi.
•
Hadis 2000, Kutubut Tis’ah
[1] Al-Qur’an
Dan Terjemahnya. Wakaf dari Pelayan Dua Tanah Suci Raja Su’ud.hlm.146
[2] Ibid,hlm.57
[3] http://pandidikan.blogspot.com/2010/04/definisi-dari-hadlanah.html. diakses hari sabtu tanggal 10-11-212 pukul 08:34 WIB
[4] Ibid,hlm.122
[5] Dikutip dari Artikel Internet http://www.wikipedia.com, diakses hari sabtu tanggal 10-11-212 pukul 08:34 WIB
[6] Kamus Saku
Kedokteran Dorland, (Cet. I. EGG : Jakarta :1998) hlm.939
[7] http://5il4o8.wordpress.com/2009/01/23/reproduksi-seksual-aseksual/ diakses hari sabtu tanggal 24-11-212
pukul 11:15 WIB
[8]
Maktabah Syamilah.
[9] Masdar F.
Mas’udi, Islam Dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan. ( Bandung : Mizan, 1997
) hlm.157
[10]
Maktabah
Syamilah. Sinan Imam Abu Dawud
[11]
Maktabah
Syamilah. Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal
[12]
Maktabah
Syamilah. Sunan Kubro Imam Al-Baihaqi
[13] Maktabah
Syamilah. Shohih Imam bukhori
[14]
Syarat hadis sohih: 1) sanadnya
bersambung. 2) Perawinya bersifat adil. 3) bersifat dobit (kuat hafalanya). 4)
hadisnya tidak mengandung cacat. Dan 5) tidak ditemukan kejanggalan didalam
hadisnya.